Brothers & sisters…., si Kanijo (Vulcan Ijo) saya sudah sejak beli menggunakan knalpot standard bawaan pabrik. Semua kawan-kawannya sudah pada berganti knalpot after market, si Kanijo masih setia dengan knalpot standar. Beberapa waktu lalu saya ditelpon oleh seorang bapak dari Jogja, beliau rupanya baca-baca blog sederhana ini. Ngobrol-ngobrol beliau punya Vulcan dan sedang cari-cari aksesoris. Karena dilihat si Kanijo sudah pake aksesoris macam-macam beliau cari informasi ke saya. Singkat cerita obrolan menyinggung knalpot, beliau punya knalpot nganggur yang dibawa dari negeri kanguru alias Australia. Hanya sempat dipakai sebentar dicopot lagi karena beliau lebih suka knalpot satu lagi yg juga dibawa dari sana. Kalau ada yang mau monggo, daripada nganggur di gudang.
Akhirnya knalpot dikirim ke rumah, cocok bayarin gak cocok balikin hehe. Ya oke lah, jadilah si knalpot after market ini nempel di tubuh si Kanijo. Pasang di rumah aja, semuanya pas, tinggal pasang dan kencengin bautnya. Di body knalpot ada tulisan kecil-kecil (hampir tak terlihat) dalam bahasa Inggris, menerangkan bahwa knalpot ini tidak memenuhi standar ambang batas suara knalpot yang diperbolehkan di negara Australia. Maka penggunaannya menjadi tanggung jawab si pengguna, produsen tidak bertanggung jawab. Begitulah kira-kira arti tulisan itu.
Begitu dihidupkan suara nya ngeblar, kurang bulat bagi selera telinga saya.. yo wis dicoba dulu. Karena belum diseting dg baik, hari Sabtu lalu saya bawa si Kanijo ke Kawansakti, bengkel & juga dealer resmi Kawasaki di Bintaro. Pertama hanya ingin setel aja supaya aliran bensin & udara sesuai dg knalpot baru nya. Karena saya lihat ada mesin dyno di sana, saya jadi penasaran pengin tahu berapa tenaga maksimum dan torsi maksimum si Kanijo setelah terpasang knalpot after market. Mengetahui ini bagi saya penting, karena dengan mengetahui di mana tenaga maksimum dan torsi maksimum, saya bisa gunakan untuk pedoman saat nunggang si Kanijo.
Si Kanijo dinaikan ke mesin dyno, roda depan diikat rapat agar nanti tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat test, sedangkan roda belakang menapak tepat di bagian yg berputar dari mesin dyno. Sang tester naik diatas jok dan mulai mengendarai. Mulai dengan gear rendah dan rpm rendah terus naik, sampai gear 6 dan gas diplintir sampai red line. Saya lihat spido menunjukkan angka 210 kpj (sayang gak sempat foto). Pengukuran pun dilakukan beberapa kali. Dari test ini didapat hasil yang ternyata lumayan juga, tenaga maksimum 68.1 hp @ 7265 rpm dan torsi maks ada di angka 69.92 Nm @ 5201 rpm.
Apakah ada kenaikan tenaga dan torsi setelah ganti knalpot after market ? Saya tidak punya data sendiri untuk hasil dyno test Vulcan S standard, kita gunakan saja spesifikasi dari pabriknya. Data spek pabrikan untuk Vulcan S adalah: tenaga maks 63 Hp @ 7500 rpm dan torsi maks nya 64 Nm @ 6500 rpm. Jadi memang ada kenaikan (terlepas dari perbedaan alat / metode yang dipakai untuk mengukur). Naah sekarang bandingkan rasanya..
Bagaimana rasa nya saat riding apa ada perbedaan. Yup…!! Mas Leopold sudah pernah membandingkan motor saya yang dg knalpot standard dengan motor bro Rudy yang sudah memakai knalpot after market. Motor bro Rudy terasa lebih responsif. Yang mas Leo rasakan sama dengan yang saya rasakan, si Kanijo terasa lebih ringan (dari sisi bobot memang berkurang sekitar 6 kg sih), lebih responsif dan terasa lebih lepas bebas. Sebelumnya seperti ada penahannya, sekarang penahan itu seperti terlepas jadi nya terasa ringan larinya. Apa ada efek ke pemakaian BBM ? Belum ngukur, tapi kemungkinan menjadi lebih boros.
Foto knalpot detailnya dong om lexy…xixii
LikeLike
Waah iya, belum upload foto detailnya.
LikeLike
Pingback: Triumph Bonneville T100, motor klasik nyaman dan bertenaga | lexyleksono
Pingback: Honda Rebel 500 akankah menjadi lawan Kawasaki Vulcan S 650 ?? | lexyleksono