Brothers & sisters…, sudah menjadi kebiasaan jika kami pulang kampung ke Parapat kami menyempatkan diri untuk mengunjungi kampung nenek moyang yang terletak di desa Horsik persis di tepi pantai danau Toba yang tidak jauh dari kota Parapat. Di desa ini juga para nenek moyang kami di makamkan, termasuk juga ibu kekasih kami.
Biasanya kami ke desa ini menggunakan kapal / perahu motor, dari pelabuhan Tiga Raja langsung menyusuri pantai menuju desa Horsik. Tetapi sekarang sudah ada jalan darat menuju desa Horsik yang bisa dilalui mobil. Beberapa tahun yang lalu saya dan mertua pernah melewati jalan ini menggunakan sepeda motor, saat itu jalannya masih kecil.
Kondisi jalan saat ini bisa dilalui mobil, tetapi kondisinya masih jelek. Kabarnya jalan ini akan dibangun untuk memberi jalur alternatif menyusuri tepi danau Toba dari sisi lain. Memang banyak spot pemandangan yang indah di sepanjang jalan ini.
Jika nanti jalan sudah selesai dibangun diharapkan pembangunan wilayah desa-desa sepanjang tepi pantai ini akan lebih giat.
Di atas desa ini, terdapat kebun yang membentang luas. Persis di lereng di atas rumah-rumah ini terdapat makam opung dan juga ibu kami. Maka kami mendaki lereng yang lumayan curam untuk melihat makam ibu kami.

Berdoa di makam ibu kami, bukan meminta sesuatu kepada yang sudah meninggal tetapi berdoa kepada Tuhan untuk kami yang masih hidup. Pada akhirnya kami yang masih hidup juga akan meninggal.
Hari itu matahari bersinar sangat panas, tiupan angin sejuk dari danau Toba tidak mampu menghalau panasnya sinar mentari. Setelah bersih-bersih makam, kami segera turun dan berangkat kembali ke Parapat.