Ngetes ban baru Shinko di Estrella

Brothers & sisters…., di tulisan saya sebelumnya (silahkan klik di sini), saya pamer tampilan si Jlitheng Estrella 250 yang sudah ganti ban dan pasang skid board. Lha sekarang saya mau cerita sedikit tentang bagaimana rasanya naik si Jlitheng dengan ban baru nya.

Sejak pasang ban baru saya sudah pakai si Jlitheng keliling-keliling BSD dan sekitarnya, rute favorit saya itu BSD – Gading Serpong – Alam Sutera – Bintaro terus balik BSD lagi. Lumayan itu muter saja sudah dapat beberapa puluh kilometer, tentunya sambil nyari sarapan dan foto-foto, biasanya narsis juga. Dari keliling-keliling ini, saat pertama kok saya merasa motor gak stabil di kecepatan rendah / baru jalan, agak lari ke kiri gitu. Tetapi saat motor sudah melaju gelaja limbung itu hilang dan motor terasa nyaman. Apa karena ban masih baru atau ada yang perlu disetel, saya kurang tahu. Nanti saja kalau pas service saya tanyakan. Secara keseluruhan sih tidak masalah, motor tetap nyaman melahap jalanan.

Oke, sekarang bicara soal ban baru si Jlitheng, yang pertama adalah ukuran ban. Seperti saya singgung di artikel saya sebelumnya ukuran ban depan ukurannya naik menjadi 100/90-18 lebih besar sedikit dari ukuran standarnya 90/90-18. Ban belakang naik menjadi 120/80-17 ini juga naik dari ukuran standarnya 110/80-17. Naiknya hanya sedikit ya, tetapi ini sudah mampu mengubah tampilan si Jlitheng tampak menjadi lebih gagah dengan kaki-kaki kokoh. Tetapi karena ban lebih besar, ada sedikit adjustment yang dilakukan terhadap spakbor depan agar tidak terlalu mepet ke ban. Kalau untuk belakang sih tidak masalah, masih banyak ruang untuk roda belakang.

Ban yang saya pilih juga memiliki karakter yang cocok tidak hanya untuk muter-muter dalam kota, tetapi juga sangat cocok untuk touring jarak jauh. Type ban nya adalah Shinko Tour Master, memiliki kembangan yang oke untuk jalan aspal dan gravel. Untuk offroad ringan masih bisa lah, tapi kalau offroad berat ya gak cocok. Saya pilih ini karena selama ini ya pakainya lebih banyak di jalanan aspal dan saya juga bukan tipe yang senang main offroad berat. Jadi saya pilih ban yang sesuai dengan peruntukannya.

Roda si Jlitheng ini sekarang juga sudah tidak memakai ban dalam, saya memang minta kepada kang Dedi Irawan (bengkel DJM Custom Garage) untuk diakali agar tidak usah pakai ban dalam. Memakai ban dalam sebenarnya juga tidak masalah, hanya saja kalau kena paku repotnya minta ampun. Estrella itu motor berat, kalau mesti dorong pas ban bocor benar-benar berat dan saya sudah mengalami beberapa kali. Ban tubeless lebih enak kalau kena paku biasanya tidak langsung kempes habis dan tambalnya juga tidak sulit.

Sebenarnya pengin ngajak si Jltheng jalan-jalan agak jauh, tapi kondisi masih belum nyaman untuk touring. Nanti saja kalau covid-19 sudah bisa dilenyapkan atau minimal sudah ada obatnya, kita bisa touring lebih leluasa.

About lexyleksono

A man from the country side of Jember - East Java, married and has one daughter. Love to travel, and to explore new things. I love motorcycles and photography. By writing in this blog, I want to share my life journey with you all (i.e. traveling, photos, motorcycle touring, etc.). I really do hope every reader will enjoy this blog. Thanks guys for visiting my blog, I hope you like it. Any comment is always welcomed. God bless you all..! Best regards, Lexy Leksono Email : lexy.leksono@yahoo.co.id or lexyleksono@gmail.com Phone : 08129668128 or 087877408314
This entry was posted in Aksesoris motor, Classic motorcycles, Motor retro klasik, Motor Touring, motorcycle touring, Vintage bikes, Yamaha Vixion and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s